Minggu, 08 April 2012

catatan jiwa I (dalam foto dan sastra)





Seorang fotografer pernah berkomentar ttg foto pemandangannya. "U have to looked the whole landscape". Foto pemandangan (landscape) adalah sesuatu yg lebih dari sekadar gabungan bagian-bagian. Manusia dalam foto itu yg berdiri sendiri hanyalah seorang manusia. Anjing hanyalah seekor anjing. Sungai itu sendiri hanyalah air yang mengalir dalam intensitas besar. Pohon hanyalah seonggok batang, beberapa cabang dan dedaunan.

Matahari menembus pepohonan hanyalah pancaran cahaya. Tapi jika semua digabungkan dalam satu frame akan menunjukkan ajaibnya keindahan.

Aku pernah menonton film drama romantis. Sudut pandangnya melalui tokoh utama. Tokoh utamanya seorang lelaki yg periang, selalu berfikiran positif, kreatif dan penuh ide. Tampangnya biasa saja, tidak ganteng tidak juga jelek. Kehidupannya juga biasa, tak ada sesuatu yg terlalu istimewa utk di ceritakan. Sampai suatu saat dia bertemu seorang wanita cantik dan cerdas. Mereka berkenalan dan merasa cocok berbicara satu sama lain. Perlahan si lelaki merasa mulai menyukai wanita ini. Karena sejak dia berkenalan dgn wanita ini dia semakin riang, ide-ide kreatifnya semakin banyak bermunculan. Dia merasa kehidupannya jadi luar biasa berwarna. Si lelaki mengutarakan perasaannya tersebut pada si wanita. Si wanita pun ternyata punya perasaan yg sama. Mereka pun mulai menjalin kisah asmara. Kehidupan bahagia keduanya berlangsung lumayan lama.

Sampai suatu ketika ada sesuatu yg terjadi yg memancing emosi si lelaki menjadi tak terkendali. Si wanita pun tak bisa mengendalikan emosinya saat dia merasa disudutkan. Si lelaki merasa si wanita egois. Si wanita merasa si lelaki yg egois. Tak ada lg kata mengalah. Perpecahan terjadi. Semua keindahan bertahun tahun seakan sirna karena bencana satu hari.

Si wanita lari meninggalkan si lelaki.

Hari demi hari berlalu setelah kejadian itu. Apa yg terjadi setelahnya hanyalah kebingungan bagi si lelaki. Si lelaki dengan susah payah berusaha meredakan emosinya ketika mengingat kembali saat terjadinya perpecahan itu. Tapi rasa cintanya lebih besar daripada rasa bencinya terhadap sikap wanita itu. Si lelaki benar-benar merasa menyesal dan merasa sangat bersalah pada si wanita. Tp semuanya sudah terlanjur terjadi dan tidak ada yg bisa memperbaikinya.

Si lelaki mulai sering duduk berjam-jam seakan memandang seluruh dunia. Dia merasa melihat banyak orang mentertawainya. Sebagian malah dengan kejam menghinanya. Tapi dia hanya diam. Walaupun ada segelintir orang yang memberikan support dan menyuruhnya untuk terus maju, tapi dia terus diam tak bergerak. Tentu saja dia tetap bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari sebisanya tapi semuanya seperti tak berarti lagi baginya. Tak perduli apapun yang dilakukannya dia tak bisa berhenti memikirkan si wanita dan kehidupannya yg menjadi tak berwarna. Pandangannya akan sekeliling mulai berubah.

Sesaat sebelum ending filmnya, suatu ketika si lelaki berfikir secara jernih dan mulai membuat gambaran si wanita di fikirannya. Visual menunjukkan mata si wanita. Si lelaki merasa ada sesuatu di mata si wanita yg dia suka. Visual menunjukkan bibir si wanita. Si lelaki merasa menyukai senyuman si wanita. Visual menunjukkan pipi si wanita. Si lelaki merasa mengagumi pipi si wanita yg merona merah. Demikian seterusnya Visual menunjukkan satu demi satu bagian tubuh si wanita dan sikapnya. Ada yg disuka si lelaki dan ada juga yg dia gak suka. Tapi saat akhirnya visual menunjukkan keseluruhan si wanita, si lelaki merasa apa yang tidak disukainya dan apa yg membuat dia menjadi emosi seakan hancur berkeping keping. Si lelaki berfikir seharusnya dia melihat si wanita secara keseluruhan setiap hari supaya terbentuk ajaibnya keindahan yang bisa menutupi segala keburukan. Tp semuanya sudah terlanjur terjadi dan tak bisa diperbaiki lagi akibat si lelaki dan si wanita sama sama keras kepala dan tidak bisa menerima pasangannya apa adanya.

Cuma satu ide kesimpulan yang sama yang aku ambil dari komentar seorang fotografer ttg foto pemandangannya dan cerita film yg pernah kutonton tsb di atas.

Ide tentang keseluruhan adalah lbh baik drpd bagian per bagian.

Jika kita melihat secara keseluruhan akan membentuk ajaibnya keindahan.
Ide itu masuk ke kepalaku dan perlahan berpindah ke hatiku.

by Muhammad Rizal Ginting on Sunday, October 9, 2011 at 7:05pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search